January 25, 2013

Warga NU Diharap Berhati-Hati pada Aliran yang Mengaku Aswaja

NU harus berhati-hati terhadap godaan dari aliran baru yang mengatasnamakan ahlusunnah wal jamaah (aswaja) yang menjadi identitas NU.

Ahlussunah wal jamaah sudah dijadikan sebuah merek berbagai aliran baik yang ‘berizin’ maupun yang ‘tidak berizin’ yang ingin menggaet simpati warga jam’iyah Nahdlatul Ulama.

Munculnya kelompok-kelompok baru ini dimotivasi kepentingan politik, kepentingan kelompok, kepentingan pribadi, karena kebodohan atau karena sebuah kesengajaan.

Warga NU akan berusaha akan selalu berada pada syirotol mustaqimaa atau jalan lurus yang diwariskan oleh Nabi Muhammad dengan ajaran ahlussunnah wal jamaah.


Kita tidak boleh terhanyut menghadapi subul-subul atau aliran-aliran tersebut dan tetap konsisten menjaga rumah sendiri dalam memperkuat ajaran Islam alaa ahlussunah wal jamaah ini sebagai jalan kebenaran.

Mantan Rektor Unisma ini juga mengutip ayat surat Al-An’am 153 “Sesungguhnya Islam yang dibawa Nabi Muhammad benar-benar di jalan kebenaran, maka ikutilah jalan ini, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa”.

Ditambahkannya, dalam sebuah diskusi dengan para sahabatnya, Nabi Muhammad menorehkan sebuah garis lurus di atas tanah dengan tangannya, Nabi memberi ilustrasi, agama Islam yang benar adalah laksana garis itu, sedangkan yang di atas, di kanan dan di kiri garis merupakan aliran-aliran lain yang mempropagandakan kesesatan dan penceraiberaian.

Di masa yang akan datang, assubul atau aliran-aliran yang menyimpang ini semakin hari tidak akan semakin mengecil, namun semakin lama akan semakin banyak jumlah macam ragamnya baik yang bersifat lokal, nasional, regional maupun global, berupa gerakan transnasional.

Para pengurus NU harus mampu menjelaskan sekaligus memberikan pengertian kepada warga agar tidak mudah tergoda dengan propaganda-propaganda yang dilakukan oleh mereka.

Jika NU tetap ingin menjadi panutan, maka NU harus memasuki ladang garapan baru disamping harus tetap mempertahankan garapan lama yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat.

Garapan-garapan baru ini harus menyentuh sendi-sendi peri kehidupan masyarakat, terutama masyarakat kalangan bawah dengan menitikberatkan pada pembangunan balai pengobatan, sarana pendidikan, penguatan bidang pertanian dan maupun pendirian pusat pelatihan, termasuk melanjutkan-kegiatan lailatul ijtima’ atau halaqah rutin yang menjadi ruh dakwah NU.

3 comments:

  1. betul sekali ana sangat setuju! para pengurus NU harus mampu menyelamatkan warganya yang sekarang banyak terjebak dalam amalan amalan ibadah yang tidak sesuai dengan syariat islam!
    kesyirikan dan kebid'ahan telah merajalela dalam kelompok kita!
    terus berjuang wahai pejuan Islam. do'a ku menyertaimu!

    ReplyDelete