January 26, 2013

Benarkah Gus Dur Mengatakan Al-Qur'an Kitab Porno?

Kontroversi agaknya tak bisa lepas dari sosok seorang KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur). Bahkan hingga beliau wafat-pun berbagai kontroversi masih menyertai mendiang mantan Ketua Umum PBNU selama dua periode tersebut.

Satu yang menarik perhatian saya dan merupakan salah satu yang dianggap sebagai “dosa besar” Gusdur adalah pernyataan Gus Dur bahwa al-Quran adalah kitab suci porno. Benarkah Gus Dur pernah menyatakan demikian? Atau itu hanya sekedar fitnah belaka?

Saya tak mendapatkan kapan kepastian Gus Dur menyatakan demikian. Informasi kabar angin yang berhasil dikumpulkan bahwa pernyataan Gus Dur itu pertama kali diucapkan pada saat acara radio “Kongkow Bareng Gus Dur” di Kantor Berita 68H, Jakarta, yang mengudara saban Sabtu. Melalui ucapan di radio itu-lah, perkataan Gus Dur kemudian tersebar, banyak dikutip oleh media dan segera menimbulkan kehebohan.

Menurut Muhammad Guntur Romli, salah satu pengisi acara di Kabar Berita tersebut, Gus Dur sama sekali tak pernah melontarkan pernyataan bahwa al-Quran adalah kitab suci porno. Pernyataan Gus Dur yang lengkap ialah: “Porno itu letaknya ada dalam persepsi seseorang. Kalau orang kepalanya ngeres, dia akan curiga bahwa al-Quran itu kitab suci porno, karena ada ayat-ayat tentang menyusui. Bagi yang ngeres, menyusui berarti mengeluarkan dan men-tetek, dan ada juga roman-romanan antara Zulaikha dan Yusuf.” (Lihat “Ustad, Saya Sudah Di Surga”, M. Guntur Romli).

Jika kita membaca secara lengkap dan memahami konteks pernyataan Gus Dur, maka diketahui bahwa tidak benar Gus Dur mengatakan “al-Quran adalah kitab suci porno”. Satu-satunya yang mendukung adanya pernyataan itu adalah ucapan Gus Dur yang dipenggal secara licik dan dipelintir sedemikian rupa. Sehingga beredarlah kabar angin bahwa Gus Dur mengatakan hal demikian.

Ini persis dengan Anda memenggal ayat “Fa Wail lil Mushalliin” (celaka-lah untuk orang yang shalat), tapi tidak melanjutkan bacaan ayat-nya secara utuh. Pemenggalan ayat itu akan menimbulkan persepsi yang salah dan tidak mendapatkan gambaran yang seutuhnya tentang substansi yang ingin disampaikan oleh Tuhan.

Demikian pula dengan kasus Gus Dur. Ucapan yang dipenggal tentu akan menimbulkan persepsi yang salah dan tidak memahami substansi menyeluruh pernyataan Gus Dur. Akhirnya publik-pun hanya menilai apa yang dibawa oleh media tanpa menyeledikinya lebih jauh mengenai konteks ucapan dan isi ucapan yang menyeluruh.

Uniknya, nasib Gus Dur ini bak tokoh idolanya, Abunawas. Selain sama-sama digambarkan sebagai sosok kontroversial, ucapannya-pun kerap mendapatkan pelintiran. Saya harap artikel ini setidaknya menjelaskan versi lain perihal ucapan kontroversi Gus Dur mengenai al-Quran. Selanjutnya saya serahkan kepada “sidang” pembaca.

Namun, pada akhirnya, seperti ucapan almarhum KH. Abdurahman Wahid, “Gitu Aja Koq Repot!”.
 
Oleh:

Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki Pun Hormati Gus Dur

 Ulama yang sangat dihormati di Saudi Arabia, dalam satu negara yang menganut faham Wahabi, Prof. Dr. Al-Muhaddits as-Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki, yang muridnya tersebar di seluruh dunia, memberi penghormatan pribadi kepada Gus Dur ketika berkunjung ke kediamannya.
Besarnya pengaruh ulama yang mendalami madzhab Maliki ini telah berlangsung sejak dahulu. Lima orang kakek pendahulunya merupakan pemuka madzhab Imam Maliki di Makkah. Raja Saudi Arabia Faishal, tak akan membuat kebijakan terkait dengan Masjidil Haram sebelum berkonsultasi dengannya. Beliau belajar di al-Azhar Mesir dan memperoleh gelar Doktor pada usia 25 tahun, yang merupakan orang Saudi pertama yang mencapai gelar akademik tertinggi pada usia termuda. Sebagai seorang akademisi, ia telah mengarang lebih dari 100 kitab. Muridnya tersebar di seluruh dunia, terutama berasal dari Indonesia, Malaysia, Mesir, Yaman dan Dubai. Mereka yang belajar di pesantrennya difasilitasi penuh olehnya.

January 25, 2013

Pelengseran Gus Dur Melanggar Hukum

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengungkapkan, tuduhan bahwa KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menerima dana dari Bulog dan Brunei sengaja diramaikan untuk menjatuhkan citra Presiden ke-4 RI ini. Berikut kronologi penurunan Gus Dur menurut Mahfud MD:

Dalam kasus yang selanjutnya disebut buloggate dan bruneigate tersebut, Gus Dur tak terlibat sama sekali. Dalam kasus buloggate, saat itu seseorang yang disebut sebagai tukang pijit Gus Dur, bernama Suwondo mengatasnamakan Gus Dur untuk kepentingan pribadi.

“Gus Dur itu orangnya egaliter. Siapapun yang ingin bertemu, diterimanya.  Termasuk tukang pijit pun diterimanya. Saat itu  Suwondo ingin bertemu Gus Dur dengan membawa Sapuan.

Kaum Muda Bisa Tangkal Terorisme

Aksi terorisme yang terjadi di negeri ini lebih sering melibatkan anak-anak muda. Maka persoalan terorisme sebenarnya bisa ditangkal oleh kaum muda sendiri.
 
Kita membutuhkan pemuda yang peka terhadap segala persoalan bangsa, serta pemuda yang mampu mewujudkan cita-cita perdamaian di republik ini.

Maraknya aksi terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama akhir-akhir ini perlu disikapi serius oleh pemuda Indonesia. Jika pemuda membiarkan dan bersikap acuh tak acuh, bukan tidak mungkin bahwa kelompok-kelompok ekslusif-radikal akan menggurita di negeri ini.

Konstitusi Negara Indonesia Sesuai Syariat Islam

Konstitusi negara Indonesia sesuai dengan Syariat Islam. Jadi bagi siapa yang menganggap perlunya negara Indonesia berasaskan Islam, berarti mereka belum memahami substansi konstitusi RI.

Demikian di antar kesimpulan ceramah Prof Dr Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi RI, dalam "Pengajian Konstitusi" di Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah Kedungwungu, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, Jumat, (7/12).

Di pesantren asuhan KH Afandi Abdul Muin Syafi’i itu, Mahfud MD menjabarkan konstitusi negara Indonesia adalah bagian dari amaliah pancasila, sedangkan pancasila digarap dengan peran aktif para Kiyai di dalamnya, diantaranya KH Hasyim Asy’ari dan para kiyai lainnya yang benar-benar menguasai substansi syariat Islam.  

Bentengi Diri Kita dari Ajaran Radikalisme!

Dulu ketika saya masih duduk di bangku SMA yang saya ketahui tentang Islam di Indonesia adalah NU dan Muhammadiyah. Meskipun banyak juga kelompok-kelompok Islam lain yang saya sebatas tahu tapi karena kondisi mereka yang tidak sebesar NU dan Muhammadiyah sehingga dari pemahaman saya pribadi terhadap mereka juga kurang mendalam.

Kemudian ketika mulai muncul isu terorisme di Indonesia saya mulai tahu bahwa banyak di luar sana umat Islam yang berpandangan sangat keras ketika menyikapi permasalahan yang terjadi di zaman sekarang ini. Terutama jika permasalahan tersebut berkaitan dengan dunia barat (AS dan sekutu), neo-liberalisme, dan Yahudi. Dari situ kemudian juga berdampak kepada permasalahan antarumat bergama.

Warga NU Diharap Berhati-Hati pada Aliran yang Mengaku Aswaja

NU harus berhati-hati terhadap godaan dari aliran baru yang mengatasnamakan ahlusunnah wal jamaah (aswaja) yang menjadi identitas NU.

Ahlussunah wal jamaah sudah dijadikan sebuah merek berbagai aliran baik yang ‘berizin’ maupun yang ‘tidak berizin’ yang ingin menggaet simpati warga jam’iyah Nahdlatul Ulama.

Munculnya kelompok-kelompok baru ini dimotivasi kepentingan politik, kepentingan kelompok, kepentingan pribadi, karena kebodohan atau karena sebuah kesengajaan.

Warga NU akan berusaha akan selalu berada pada syirotol mustaqimaa atau jalan lurus yang diwariskan oleh Nabi Muhammad dengan ajaran ahlussunnah wal jamaah.

NU Selalu Berada di Garis Lurus

Dikisahkan, dalam sebuah diskusi antara Nabi Muhammad SAW dengan para sahabat, Nabi sempat menorehkan garis lurus diatas tanah dengan tangan Beliau. Nabi memberikan penjelasan ilustrasi bahwa agama Islam yang benar adalah laksana garis lurus itu, kemudian di atas, di kanan dan di kiri garis Nabi membuat garis-garis lain yang merupakan aliran-aliran lain yang menempel pada Agama Islam.

Tiap-tiap aliran yang menempel pada garis-garis kebenaran Islam itu dihinggapi para setan yang selalu mempropagandakan kesesatan dan percerai-beraian. Maka tetaplah pada garis lurus itu dan jangan menempel.