Aksi terorisme yang terjadi di negeri ini lebih sering melibatkan
anak-anak muda. Maka persoalan terorisme sebenarnya bisa ditangkal oleh
kaum muda sendiri.
Kita membutuhkan pemuda yang peka terhadap
segala persoalan bangsa, serta pemuda yang mampu mewujudkan cita-cita
perdamaian di republik ini.
Maraknya aksi terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama akhir-akhir ini perlu disikapi serius oleh pemuda Indonesia. Jika pemuda membiarkan dan bersikap acuh tak acuh, bukan tidak mungkin bahwa kelompok-kelompok ekslusif-radikal akan menggurita di negeri ini.
Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya terorisme, salah satunya adalah pemahaman yang keliru atas
nilai-nilai agama.
Hingga kini kelompok keagamaan ekslusif terus membangun gerakan di berbagai daerah di Indonesia. Pola perekrutan anggota baru juga mulai masuk ke perguruan tinggi di berbagai daerah. Maka tak heran jika setiap kali ada kasus terorisme dan radikalisme agama, selalu tidak sepi dari keterlibatan kaum muda.
Kaum
muda yang sejatinya menjadi tonggak peradaban masyarakat justru mudah
terkontaminasi dan terjerumus pada tindakan-tindakan radikalisme dan
terorisme. Kaum muda malah rela menjadi pengantin dan mengorbankan jiwa
dan raganya demi keyakinan yang menurut mereka benar.
Kelompok-kelompok keagamaan garis keras yang setiap saat merekrut para pemuda akan menjadi bom waktu yang bisa mengancam sendi-sendi NKRI. Maka tugas pemuda, selaku penerus generasi bangsa untuk membendung dan memotong mata rantai kelompok-kelompok garis keras di negeri ini.
Pemahaman keagamaan yang dangkal akan semakin mudah melakukan tindak teror dan radikal. Oleh karena itu pemuda harus mampu menjadi agent of change dan memiliki pemahaman keagamaan yang benar agar mampu menjadi pelopor perdamaian.
Pendidikan memiliki peranan strategis dalam memangkas terorisme di negeri ini. Setidaknya ada empat cara yang perlu ditempuh untuk menanggulangi terorisme dan radikalisme agama perspektif pendidikan.
Pertama, bekerjasama dengan Pengajar (guru/dosen)
dalam membangun “textbook” tentang Pendidikan Islam yang di dalamnya
memuat pelajaran toleransi dan isu-isu kemajemukan. Kedua, perlunya
mendorong pertukaran pelajar dengan background yang “berbeda”. Ketiga,
mendorong pendidikan toleransi dengan menggunakan komunitas ekstra
kampus yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda sehingga mampu
menumbuhkan pemahaman akan sebuah perbedaan. Keempat, monitoring dan
counter propaganda website-website radikal.
Teror merupakan ancaman serius di negeri ini. Salah satu hal yang
perlu dilakukan adalah memberikan pemahaman kembali nilai-nilai 4 Pilar
Negara.
Pemerintah
mempunyai kewajiban untuk memberi pemahaman bahwa Pancasila adalah
sebuah ideologi universal yang tidak bertentangan dengan agama apapun.
Mahasiswa yang mempunyai potensi besar untuk menanggulangi terorisme dan redikalisme agama.
Mahasiswa yang mempunyai potensi besar untuk menanggulangi terorisme dan redikalisme agama.
Pertanyaannya , pemuda atau mahasiswa yang seperti apa yang bisa
menanggulangi terorisme? “Orang bodoh mudah di hasut, orang miskin mudah direkrut,
orang yang lapar mudah dihasut,”
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Junaidi Ibnurrahman
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Junaidi Ibnurrahman
No comments:
Post a Comment