Tunisia, -- Di Dar STAINU Tunis,
Keluarga Nadhatul Ulama (KNU) Tunisia bersama Persatuan Pelajar
Indonesia (PPI) Tunisia, mendiskusikan isu khilafah yang diusung Hizbut
Tahrir dan kekerasan atas nama agama di belahan dunia muslim di dunia,
Ahad (7/12) sore. Mereka mencoba melihat peran Aswaja dalam mencegah
gerakan gerombolan teroris.
Dalam forum itu, pengajar UIN Sunan Kalijaga Dr Zainudin yang hadir sebagai pembicara, menjelaskan pola gerakan HTI di Indonesia, memaparkan ideologi, dan peta gerakan transnasional di Indonesia.
"Dari sekian banyak gerakan transnasional di Indonesia, HTI menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya secara massif. Mereka tak segan membagikan buku-buku gratis, buletin jumat, selebaran halaqah, hingga berdakwah langsung ke masyarakat," kata dosen tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Bentuk dakwah aktivis HTI, kata Zainudin, qiyadah fikriyah. Mereka berdialog langsung atau menyebarkan tulisan di media massa. HTI tak banyak menonjolkan aksi kekerasan. Mereka cenderung bersikap terbuka kendati sangat teguh memegang prinsip dan tak mau toleran dengan kelompok yang tak sepaham.
Sedangan pengajar IAIN Tulungagung Dr Zainal menjelaskan asal usul sejarah dan genealogi radikalisme dalam wacana-wacana keagamaan.
Tak kurang dari 30 mahasiswa hadir. Pertemuan ini diawali dengan penampilan seni hadrah dan sholawat para kader NU Tunis.
Tema radikalisme agama dipilih dalam rangka pembekalan kepada para mahasiswa akan bahaya radikalisme agama itu sendiri. Diskusi ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan PCINU di tanah suci pada musim haji lalu yang merekomendasikan pembentukan jurnal bersama tentang deradikalisasi.
"Ini hanya sebuah langkah awal dalam mendukung pesan pertemuan di Makkah lalu," tutur KNU Tunisia Dede Ahmad Permana.
Dalam forum itu, pengajar UIN Sunan Kalijaga Dr Zainudin yang hadir sebagai pembicara, menjelaskan pola gerakan HTI di Indonesia, memaparkan ideologi, dan peta gerakan transnasional di Indonesia.
"Dari sekian banyak gerakan transnasional di Indonesia, HTI menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya secara massif. Mereka tak segan membagikan buku-buku gratis, buletin jumat, selebaran halaqah, hingga berdakwah langsung ke masyarakat," kata dosen tafsir di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Bentuk dakwah aktivis HTI, kata Zainudin, qiyadah fikriyah. Mereka berdialog langsung atau menyebarkan tulisan di media massa. HTI tak banyak menonjolkan aksi kekerasan. Mereka cenderung bersikap terbuka kendati sangat teguh memegang prinsip dan tak mau toleran dengan kelompok yang tak sepaham.
Sedangan pengajar IAIN Tulungagung Dr Zainal menjelaskan asal usul sejarah dan genealogi radikalisme dalam wacana-wacana keagamaan.
Tak kurang dari 30 mahasiswa hadir. Pertemuan ini diawali dengan penampilan seni hadrah dan sholawat para kader NU Tunis.
Tema radikalisme agama dipilih dalam rangka pembekalan kepada para mahasiswa akan bahaya radikalisme agama itu sendiri. Diskusi ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan PCINU di tanah suci pada musim haji lalu yang merekomendasikan pembentukan jurnal bersama tentang deradikalisasi.
"Ini hanya sebuah langkah awal dalam mendukung pesan pertemuan di Makkah lalu," tutur KNU Tunisia Dede Ahmad Permana.
Sumber: nu.or.id
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteterus yang benar itu hti radikal apa tidak?
ReplyDeleteKok artikelnya kurang menjelskn ya?
Kisah Sufi Ibrahim bin Adham
Mengenal NU Garis Tengah
Hukum Membaca Al-Qur'an Dengan Langgam Jawa
Profil NU GARIS LURUS
Nahdlatul Ulama' (NU)